SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA
SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA
1. Pertumbuhan dan
Perkembangan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
merupakan bahasa nasional yang digunakan di Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Apabila ditinjau dari prespektif historis
Negara Indonesia, bahasa Indonesia diadopsi dari prototipe bahasa Melayu.
Bahasa Melayu merupakan salah satu bahasa daerah yang berada di Negara
Indonesia. Bahasa Melayu telah dipakai sebagai lingua franca selama berabadabad
sebelumnya di seluruh kawasan tanah air kita. Untuk menjaga eksistensi bahasa
Indonesia, telah diadakan 10 kali kongres bahasa Indonesia yang bertujuan untuk
memelihara dan menjaga eksistensi bahasa Indonesia di dalam perkembangan
globalisasi dan modernisasi.
2. Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berasal
dari Bahasa Melayu, Bahasa ini telah tumbuh dan berkembang bahkan sebelum
Bahasa Indonesia dideklarasikan sebagai Bahasa persatuan dalam Sumpah Pemuda
pada tanggal 28 Oktober 1928. Penyebaran Agama Islam ke Kepulauan Nusantara 02 01
memanfaatkan bahasa Melayu sebagai sarana komunikasi dan ikut memperkaya
khasanah kosa kata dalam bahasa Melayu. Berdirinya Boedi Oetomo (1908) sebagai
alat bertukar informasi dan komunikasi antara penggerak. Pemerintah Belanda
pada tahun 1908 mendirikan badan commissie voor de Volkslecturar (Taman Bacaan
Rakyat), diubah menjadi Balai Pustaka (1917). pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam kerapatan Pemuda dan berikrar (1)
bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para
pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah
Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan
kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya
sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu
Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah
bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36). 19 Maret 1947 peresmian Pengguaan
Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) pengganti Ejaan Van Ophusyen yang berlaku
sebelumnya.
1. Ejaan Van Ophusyen
Huruf ї untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya huruf disuarakan tersendiri dengan dipotong seperti mulaї dengan ramai.
Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb
Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
2. Ejaan Soewandi
· Huruf oe diganti dengan u.
Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata tak.
·
Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2,
seperti anak2.
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954
di Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak
zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan
hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti
yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka
tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota
Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688
M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna.
Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa
Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor
ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu
Kuna. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan,
yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai
bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik
sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan
terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang
ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain,
menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen
(I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919),
Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun
(Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud
Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara,
yaitu bahasa Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin
jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti
tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun
hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat
Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa
Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam
di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara
sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa,
dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah
Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa
Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya
dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari
berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab,
dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam
berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara
mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa
Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan
bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang
menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28
Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa
Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran,
dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan
dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini
bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di
tingkat pusat maupun daerah.
3. Faktor Perkembangan
Bahasa Indonesia
a)
Waktu
·
Fase Prakolonial Pada fase ini terdapat
beberapa buku tertulis mengenai bahasa Melayu tua yang ditentukan pada beberapa
prasasti dan inskripsi
·
Fase Kolonial Pada fase ini sekitar abad
XVI orangorang Barat sudah sampai di Indonesia, mereka menemukan bahwa bahasa
Melayu telah digunakan sebagai bahasa resmi dalam pergaulan, perhubungan dan
perdagangan
·
Fase Pergerakan Pada fase ini dimulai dari
tahun 1901. Pada tahun ini telah disusun ejaan resmi bahasa Melayu Van Ophuysen
yang merupakan cikal bakal ejaan bahasa Indonesia
·
Pada tanggal 28 Oktober 1928 bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu ditetapkan sebagai bahasa nasional
b)
Politik
Nama
bahasa Indonesia tersebut sifatnya adalah politis, karena setujuan dengan nama
negara yang diidam-idamkan yaitu Bangsa Indonesia. Sifat politik ditimbulkan
karena keinginan agar bangsa Indonesia mempunyai semangat juang bersama-sama
dalam memperoleh kemerdekaan agar lebih merasa terikat dalam satu ikatan: Satu
Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa. Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
diikrarkan melalui butir-butir Sumpah pemuda sebagai berikut. Pertama : Kami
putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia. Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.
c)
Sosial Budaya
1.
Sejarah telah membantu penyebaran bahasa melayu. Bahasa Melayu merupakan lingua
franca di Indonesia, bahasa perhubungan atau bahasa perdagangan. Dengan bantuan
para pedagang, bahasa Melayu disebarkan ke seluruh pantai Nusantara terutama di
kota-kota pelabuhan. Bahasa Melayu menjadi bahasa penghubung antara individu.
2.
Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana, mudah dipelajari. Tak dikenal
tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa Bali, atau perbedaan
pemakaian bahasa kasar dan halus seperti dalam bahasa Sunda atau bahasa Jawa.
3.
Faktor psikologis, yaitu suku bangsa Jawa dan Sunda telah dengan sukarela
menerima bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, sematamata didasarkan pada
keinsafan akan manfaatnya ada keikhlasan mengabaikan semangat dan rasa kesukuan
karena sadar akan perlunya kesatuan dan persatuan.
4.
Kesanggupan bahasa itu sendiri juga menjadi salah satu faktor penentu. Jika
bahasa itu tidak mempunyai kesanggupan untuk dapat dipakai menjadi bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas, tentulah bahasa itu tidak akan dapat
berkembang menjadi bahasa yang sempurna. Pada kenyataannya dapat dibuktikan
bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dapat dipakai untuk merumuskan
pendapat secara tepat dan mengutarakan perasaan secara jelas.
d)
IPTEK
Di
samping itu, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu
pengetahuan dan teknologi modern untuk kepentingan nasional kita. Bahasa adalah
kunci untuk membuka khasanah pengetahuan. Bila di dalam karya sastra terdapat
pengetahuan dan nilai-nilai spiritual kultural, maka di dalam buku-buku ilmu
pengetahuan terdapat ilmu pengetahuan dan teknologi dari berbagai disiplin
ilmu. Hanya dengan bahasalah kita dapat menguasai ilmu tersebut. Penyebarluasan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern serta manfaat yang dapat diberikan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut dapat dilakukan baik melalui penulisan
maupun penerjemahan buku-buku teks serta penyajian pelajaran di lembaga-lembaga
pendidikan yang dilaksanakan dengan mempergunakan bahasa Indonesia.
Daftar Pustaka
WORING, M. C. (2020). sumpah
pemuda merupakan cikal bakal tercetusnya bahasa indonesia sebagai bahasa
persatuan 1928-1954 (suatu tinjauan historis) (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Palembang).
http://repository.ut.ac.id/4059/1/MKDU4110-M1.pdf
Komentar
Posting Komentar